Pernyataan Moeldoko seperti Menggambarkan Jokowi Sosok Angkuh dan Jumawa

Pernyataan Moeldoko seperti Menggambarkan Jokowi Sosok Angkuh dan Jumawa
BERITA TERKINI - Pernyataan Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko terkait untuk tidak mendesak diadakannya rekonsiliasi karena dapat menggangu kinerja pemerintah sangat tidak bijak dan berseberangan dengan keinginan Presiden Joko Widodo.

"Ini sikap yang tidak bijak, Pak Jokowi justru tegas memberi ruang (rekonsiliasi)," ujar Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, Jumat (5/7).

Dengan membuka ruang rekonsiliasi, kata Mardani, Jokowi sudah memberikan contoh bahwa pemenang kontestasi harus lebih sabar dan lembut dalam merangkul kelompok yang kalah.

Tetapi, lanjutnya, ketika Moedoko menyebut rekonsiliasi tidak penting. Maka, dia seperti mencerminkan sebaliknya bahwa Jokowi sangat angkuh dan sombong.

"Pernyataan Moeldoko bisa ditafsirkan sikap jumawa dan menjauhkan proses pendekatan yang suda bagus dibangun Pak Jokowi," jelasnya.

Mardani berpesan bahwa Moeldoko sebagai tokoh nasional yang cukup senior harusnya bisa memberi contoh yang baik pada masyarakat.

"Bijaklah bersikap karena sikap elit diikuti grass root," demikian Wakil Ketua Komisi II DPR ini.

Sebelumnya, Moeldoko mengatakan, pihaknya tau mau terjebak dengan wacana pertemuan Jokowi-Prabowo guna membahas soal rekonsiliasi. Bahkan, ia menyebut pertemuan dalam rangka untuk rekonsiliasi itu tak terlalu penting dibicarakan lagi.

"Nanti kita semuanya hanya terjebak di situ, enggak maju-maju," katanya.

Ia menambahkan, saat ini kondisi di masyarakat sudah berjalan normal setelah putusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan Jokowi-Maruf sebagai presiden dan wakil presiden 2019-2024 berdasar putusan Mahkamah Konstitusi yang menolak gugatan sengketa Pilpres 2019.

Sehingga, menurut Moeldoko, rekonsiliasi yang sebenarnya telah terjad di masyarakat, tak penting lagi pertemuan Jokowi dan Prabowo.

Ia pun meminta kepada semua pihak untuk tidak lagi membahas soal rekonsiliasi. Pasalnya, menurut Moeldoko agenda rekonsiliasi yang tidak jelas kapan bertemunya ini justru akan menjadi hambatan negara untuk maju karena hanya memikirkan kepentingan elit dan kelompok tertentu.

"Kita ini memikirkan negara. Jangan kita terjebak antara satu elite ke elite, jangan terjebak satu kelompok ke kelompok. Masyarakat Indonesia sekarang ini sudah happy dengan situasi yang ada. Jangan lagi justru istilah-istilah rekonsiliasi malah mengganggu," ujar Moeldoko. [md]