BERITA TERKINI - Nasib mengerikan yang dialami umat Muslim Uyghur di China bukanlah hal yang tidak diketahui publik.
Meski begitu banyak media massa yang tidak memberitakan masalah ini.Salah satu dari banyakanya alasan
yang ada adalah China yang terus menyangkal adanya kamp pedidikan ulang disana.
Tak cuma itu, bahkan China bersikeras bahwa adanya kamp pendidikan ulang ini palsu.
Namun, orang-orang yang selamat dari hal ini dengan berani keluar dan secara terbuka menuduh China telah melakukan pembersihan etnis dan juga genosida budaya.
Beruntungnya berkat kekuatan media sosial, sekarang kesulitan yang dialami oleh etnis Uyghur ini terbongkar.
Berikut ini beberapa informasi mengenai masalah yang dialami etnis Uyghur di China.
Dilansir DW News, salah seorang korban yang berhasil selamat dari hal ini mengungkapkan hal yang mengejutkan.
Ia mengungkapkan kalau pihak berwenang di kamp ini tak hanya menganggap perempuan Uyghur ini sebagai teroris, tapi mereka juga dimasukkan ke dalam program sterilisasi.
Program ini dilakukan untuk mengganggu kemampuan para perempuan untuk melahirkan.
Nantinya para perempuan ini menstruasinya akan berhenti sendiri.
Para perempuan ini dipaksa untuk menerima suntikan sterilisasi ini.
Kesempatan mereka untuk menjadi ibu dirampas begitu saja oleh pemerintah.
Tak cuma itu, para perempuan ini juga dipaksa melakukan latihan yang tidak manusiawi dengan push-up sambil telanjang bulat.
Bahkan para perempuan ini akan dikucilkan jika menggunakan bahas ibu mereka yaitu bahasa Turki.
Dilansir The Telegraph, dalam upaya genosida budaya Uyghur, lusinan makam Uyghur dihancurkan dalam waktu dua tahun ini.
Makam-makam ini dihancurkan tanpa ampun demi 'pembangunan kota'.
Sebenarmya para etnis Uyghur ini tahu bahwa penghancuran makam yang dilakukan pemerintah ini untuk menghapus keberadaan mereka.
Salah seorang Uyghur mengatakan kalau ini semua merupakan kampanye dari pemerintah China.
Pemerintah menginginkan etnis Uyghur ini menjadi seperti orang China Han.
Untuk itu mereka menghancurkan semua situs sejarah agar tidak mengetahui sejarah etnis Uyghur sendiri.
Meski sebenarnya sudah terjadiperlawanan, namun makam ini tetap saja dihancurkan.
Dilansir The Epoch Times, salah seorang wanita Uyghur (54) yang selamat dari hal ini mengatakan bahwa wanita muda yang ditangkap sebagai tahanan di kamp pendidikan ini dirudapakasa dan akan dibunuh jika melawan.
Ia juga berkata kalau perempuan muda dibawa keluar dan dirudapaksa semalaman.
Jika perempuan ini menolak, mereka akan disuntikan dengan sesuatu yang bisa membunuhnya.
Ia juga melihat sendiri dua perempuan Uyghur yang terbunuh karena suntikan mematikan ini.
Orang-orang yang selamat dari hal ini juga mengatakan penyiksaan yang dilakukan di kamp pendidikan ini sangat tak manusiawi dan juga tak tertahankan.
Dilansir Journal of Political Risk, China dilaporkan telah membangun kamp dan asrama karena jumlah anak-anak Uyghur ini terus bertambah.
Seorang peneliti yang bernama Dr Andrian Zenz berhasil mengekspos kamp pendidikan di China ini.
Ia mengatakan kalau logika China untuk ekspansi adalah untuk menjaga 'stabilitas sosial dan perdamain'.
Ia juga mengungkapkan sekolah asrama menyediakan konteks ideal untuk rekayasa ulang budaya berkelanjutan masyarakat minoritas.
Sementara itu, orang dewasa etnis Uyghur ditarik dari keluarga mereka dan dibunuh karena menjalankan agama mereka secara damai.
Mereka yang berhasil melarikan diri ke negara-negara terdekat seperti Turki mengatakan bahwa mereka sangat merindukan anggota keluarga mereka yang masih terjebak di kamp-kamp ini.
Melansir dari Insider, pada tahun 2017 China memperkenalkan sebuah program bernama 'Berpasangan dan Menjadi Keluarga'.
Pemerintah mengatakan kalau hal ini dilakukan dalam upaya untuk mempromosikan persatuan etnis.
Namun, agenda sebenarnya adalah untuk memantau dengan cermat kegiatan keluarga Uyghur setelah laki-laki dari keluarga tersebut ditahan di kamp pendidikan ulang.
Pria China ini akan tinggal hingga enam hari di rumah tangga Uyghur dan mereka akan "mendidik" keluarga ini dengan ideologi mereka.
Dilansir Independent, selain mendapatkan berbagai penyiksaan yang brutal, para tahanan Uyghur ini juga dibunuh dan dipanen organnya.
Parahnya organ-organ ini diambil dalam keadaan pemiliknya masih hidup.
Temuan ini diajukan oleh pengacara Hamid Sabi ke PBB pada 24 September 2019.
Ia juga mendesak PBB untuk mengambil tindakan atas masalah tersebut.
Dia mengatakan bahwa sangat hitam dan putih bahwa China telah mengambil organ dari kelompok Falun Gong, Uyghur, Tibet dan Kristen. [trb]
Meski begitu banyak media massa yang tidak memberitakan masalah ini.Salah satu dari banyakanya alasan
yang ada adalah China yang terus menyangkal adanya kamp pedidikan ulang disana.
Tak cuma itu, bahkan China bersikeras bahwa adanya kamp pendidikan ulang ini palsu.
Namun, orang-orang yang selamat dari hal ini dengan berani keluar dan secara terbuka menuduh China telah melakukan pembersihan etnis dan juga genosida budaya.
Beruntungnya berkat kekuatan media sosial, sekarang kesulitan yang dialami oleh etnis Uyghur ini terbongkar.
Berikut ini beberapa informasi mengenai masalah yang dialami etnis Uyghur di China.
1. Para perempuan Uyghur diseterilisasi di kamp pedidikan ulang
Dilansir DW News, salah seorang korban yang berhasil selamat dari hal ini mengungkapkan hal yang mengejutkan.
Ia mengungkapkan kalau pihak berwenang di kamp ini tak hanya menganggap perempuan Uyghur ini sebagai teroris, tapi mereka juga dimasukkan ke dalam program sterilisasi.
Program ini dilakukan untuk mengganggu kemampuan para perempuan untuk melahirkan.
Nantinya para perempuan ini menstruasinya akan berhenti sendiri.
Para perempuan ini dipaksa untuk menerima suntikan sterilisasi ini.
Kesempatan mereka untuk menjadi ibu dirampas begitu saja oleh pemerintah.
Tak cuma itu, para perempuan ini juga dipaksa melakukan latihan yang tidak manusiawi dengan push-up sambil telanjang bulat.
Bahkan para perempuan ini akan dikucilkan jika menggunakan bahas ibu mereka yaitu bahasa Turki.
2. Makam etnis Uyghur dihancurkan untuk 'pembangunan kota'
Dilansir The Telegraph, dalam upaya genosida budaya Uyghur, lusinan makam Uyghur dihancurkan dalam waktu dua tahun ini.
Makam-makam ini dihancurkan tanpa ampun demi 'pembangunan kota'.
Sebenarmya para etnis Uyghur ini tahu bahwa penghancuran makam yang dilakukan pemerintah ini untuk menghapus keberadaan mereka.
Salah seorang Uyghur mengatakan kalau ini semua merupakan kampanye dari pemerintah China.
Pemerintah menginginkan etnis Uyghur ini menjadi seperti orang China Han.
Untuk itu mereka menghancurkan semua situs sejarah agar tidak mengetahui sejarah etnis Uyghur sendiri.
Meski sebenarnya sudah terjadiperlawanan, namun makam ini tetap saja dihancurkan.
3. Para perempuan Uyghur yang melawan pemerkosa mereka di kamp pendidikan akan mati
Dilansir The Epoch Times, salah seorang wanita Uyghur (54) yang selamat dari hal ini mengatakan bahwa wanita muda yang ditangkap sebagai tahanan di kamp pendidikan ini dirudapakasa dan akan dibunuh jika melawan.
Ia juga berkata kalau perempuan muda dibawa keluar dan dirudapaksa semalaman.
Jika perempuan ini menolak, mereka akan disuntikan dengan sesuatu yang bisa membunuhnya.
Ia juga melihat sendiri dua perempuan Uyghur yang terbunuh karena suntikan mematikan ini.
Orang-orang yang selamat dari hal ini juga mengatakan penyiksaan yang dilakukan di kamp pendidikan ini sangat tak manusiawi dan juga tak tertahankan.
4. Etnis Uyghur dipisahkan dari keluarga dan ditempatkan di kamp pendidikan
Dilansir Journal of Political Risk, China dilaporkan telah membangun kamp dan asrama karena jumlah anak-anak Uyghur ini terus bertambah.
Seorang peneliti yang bernama Dr Andrian Zenz berhasil mengekspos kamp pendidikan di China ini.
Ia mengatakan kalau logika China untuk ekspansi adalah untuk menjaga 'stabilitas sosial dan perdamain'.
Ia juga mengungkapkan sekolah asrama menyediakan konteks ideal untuk rekayasa ulang budaya berkelanjutan masyarakat minoritas.
Sementara itu, orang dewasa etnis Uyghur ditarik dari keluarga mereka dan dibunuh karena menjalankan agama mereka secara damai.
Mereka yang berhasil melarikan diri ke negara-negara terdekat seperti Turki mengatakan bahwa mereka sangat merindukan anggota keluarga mereka yang masih terjebak di kamp-kamp ini.
5. Pria China ditugaskan mengawasi rumah tangga Uyghur
Melansir dari Insider, pada tahun 2017 China memperkenalkan sebuah program bernama 'Berpasangan dan Menjadi Keluarga'.
Pemerintah mengatakan kalau hal ini dilakukan dalam upaya untuk mempromosikan persatuan etnis.
Namun, agenda sebenarnya adalah untuk memantau dengan cermat kegiatan keluarga Uyghur setelah laki-laki dari keluarga tersebut ditahan di kamp pendidikan ulang.
Pria China ini akan tinggal hingga enam hari di rumah tangga Uyghur dan mereka akan "mendidik" keluarga ini dengan ideologi mereka.
6. Organ tahanan Uyghur yang dibunuh di kamp pendidikan dilaporkan Organ tubuhnya diambil
Dilansir Independent, selain mendapatkan berbagai penyiksaan yang brutal, para tahanan Uyghur ini juga dibunuh dan dipanen organnya.
Parahnya organ-organ ini diambil dalam keadaan pemiliknya masih hidup.
Temuan ini diajukan oleh pengacara Hamid Sabi ke PBB pada 24 September 2019.
Ia juga mendesak PBB untuk mengambil tindakan atas masalah tersebut.
Dia mengatakan bahwa sangat hitam dan putih bahwa China telah mengambil organ dari kelompok Falun Gong, Uyghur, Tibet dan Kristen. [trb]