244 WNI, 1 Bayi Dan 1 Ibu Hamil Masih Bertahan, Mahasiswa Tuntut Evakuasi Dipercepat

BERITA TERKINI - Tidak sedikit Warga Negara Indonesia (WNI) yang bertahan di tempat tinggalnya di Provinsi Hubei, China, karena takut terinfeksi virus Corona yang berasal dari Wuhan.

Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok cabang Wuhan (PPITW) menyebutkan, 244 Warga Negara Indonesia (WNI) dan mahasiswa tersebar di Wuhan, Xianning, Huangshi, Jingzhou, Xianyang dan Enshi.

Ketua PPITW Nur Musyafak menginformasikan dalam siaran persnya terkait kondisi terkini WNI dan mahasiswa di daerah terinfeksi virus Corona.

"Mahasiswa dan WNI bahwasanya mereka dalam keadaan sehat dan tidak ada yang terjangkit virus Corona serta dalam pantauan kampus dan ketua ranting masing-masing," tutur Musyafak dalam siaran pera yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (28/1).

Musyafak juga mengatakan bahwa PPIT Wuhan dan seluruh perwakilan ranting di Provinsi Hubei selalu berkoordinasi secara aktif dengan KBRI Beijing, Kementrian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia, Direktorat Perlindungan WNI dan BHI melalui group wechat untuk mempermudah komunikasi dan konsultasi.

Hingga hari ini, Musyafak mengaku kalau pihaknya bersama KBRI Beijing terus berupaya untuk memenuhi persedian logistik bagi rekan-rekan WNI yang berada di Wuhan dan sekitarnya.

"Langkah nyata dan tercepat dari KBRI saat ini adalah mengirimkan pendanaan melalui WechatPay ke akun ketua ranting masing-masing," sebut Musyafak.

Salah satu Ketua Ranting Kota Jingzhou yang juga mahasiswa dari Yangtze University, Arief Dimas, membenarkan adanya bantuan dari KBRI Beijing.

Dia memaparkan kalau Ranting Kota Jingzhou mendapat kucuran dana bantuan dari KBRI sebanyak belasan juta. "Di ranting saya sendiri untuk 21 Orang sampai 7 hari kedepan kami sudah diberi bantuan sekitar belasan juta rupiah," ucap Arief saat dihubungi redaksi, Selasa (28/1).

Meski sudah mendapatkan bantuan, Arief mengaku tidak bisa bertahan begitu lama di daerah rawan terjangkit virus Corona. Alih-alih, dia dengan teman-teman mahasiswa meminta untuk segera dievakuasi kembali ke Indonesia.

Namun dia menyayangkan aksi pemerintah Indonesia yang lambat dalam memutuskan proses evakuasi ratusan WNI di Provinsi Hubei.

"Kalau untuk perhatian Kemlu dan KBRI ke pada kami ranting Jingzhou-Xiangyang saya rasa sudah sangat baik, akan tetapi untuk permintaan kami mengenai evakuasi, saya rasa respons mereka cukup sangat lambat," tutur Arief.

"Dan jawaban mereka di conference press kemarin siang dan sore terkesan gamang. Apalagi ada satu balita dan satu WNI Hamil di sini kami sangat ingin dievakuasi meskipun bantuan berupa dana sudah sangat membantu," pungkas Arief.

Sumber: rmol.id