Data Pemerintah Pusat dan Daerah Kerap Berbeda, Pakar Epidemiologi: Indonesia Masih Belajar soal Sinkronisasi Data Corona

Pakar Epidemologi Dewi Nur Aisyah. (Foto: BNPB)

BERITA TERKINI – Data pemerintah pusat dan daerah kerap berbeda soal warga yang terkena COVID-19 hingga yang meninggal. Hal ini menunjukkan data di Indonesia masih diwarnai dengan tidak sinkronan.

Yang terbaru terjadi adalah perbedaan mencolok data kematian akibat COVID-19 di DKI Jakarta dengan data Kementerian Kesehatan.

Menyikapi hal itu, Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Dewi Nur Aisyah menyebut Indonesia memang masih belajar soal kesamaan data.

“Bisa saya bilang saat ini Indonesia sedang belajar. Seluruh Indonesia, bukan hanya pemerintah, sampai dengan masyarakat, petugas kesehatan di level pusat daerah sampai di level terendah sampai level kecamatan dan kelurahan,” kata Dewi saat Peluncuran Aplikasi Bersatu Lawan COVID-19 di Kantor BNPB, Jakarta, Minggu (3/5). Seperti dikutip dari kumparan (03/05/2020).

Ia juga mengatakan bahwa wabah virus Corona yang terjadi di Indonesia mengajarkan untuk bergerak lebih cepat dan melakukan pencatatan data dengan lebih lengkap.

“Sehingga data yang dikumpulkan baik dari level daerah sampai dengan pusat memiliki kesamaan data yang ada,” katanya.

Dengan adanya aplikasi Bersatu Lawan COVID-19 (BLC) yang baru diluncurkan, Dewi optimistis Indonesia sedang berproses dan dalam upaya membuat suatu data yang sama untuk penanganan COVID-19.

“Dan di dalam aplikasi Bersatu Lawan COVID-19, kita sedang proses ke sana. Jadi kita sebenarnya sedang proses ke sana, proses integrasi data,” sebutnya.

Walaupun begitu, Dewi mengamini kesamaan data itu bukan hal yang mudah dilakukan. Namun, dia meyakini Indonesia sedang melakukan perbaikan.

“Integrasi itu memang bukan hal yang mudah dilakukan. Saya bisa bilang ini perubahan yang memang tidak mudah dilakukan. Tapi saya percaya dan yang saya ketahui, kita sedang bergerak menuju perbaikan,” tandas Dewi.[Aks]