Benarkah Coronavirus Senjata Biologis AS Seperti Diyakini Prof Francis Boyle?

BERITA TERKINI - Wabah Coronavirus terus memakan korban. Bahkan dalam sehari, jumlah korban meninggal mencapai 70 orang, terutama di Kota Wuhan, lokasi yang diyakini sumber virus. Hingga Rabu, (5/2/2020), tercatat sudah 500 orang meninggal, sementara belasan ribu lainya terinfeksi.

Mengutip tulisan Stephen Lendman, seorang penulis dan penyiar radio kelahiran Boston Inggris, yang ditampilkan di laman Press TV, Selasa (4/2/2020), menarik membaca ulasanya, terutama soal keyakinan Francis Boyle, Profesor Hukum. Namun dia menekankan, pandangan yang diungkapkannya dalam artikel ini tidak mencerminkan pandangan Press TV.

Seperti diketahui, Francis Boyle adalah salah seorang yang menyusun Rancangan Undang-undang Anti-Terorisme Senjata Biologis AS tahun 1989, yang ditandatangani menjadi Undang-undang oleh George Herbert Walker Bush atau akrab disapa George Bush senior.

Dalam ulasan Lendman ini, Boyle percaya bahwa coronavirus yang berpotensi mematikan adalah senjata perang biologis (bio-war-fare), yang dimodifikasi secara genetik untuk digunakan saat ini. Boyle menjelaskan, laboratorium Wuhan BSL-4 China, laboratorium penelitian yang ditunjuk WHO, diduga menyadari sepenuhnya apa dan bagaimana virus ini menyebar.

Sementara Ilmuwan Institut Teknologi India, “bahwa coronavirus Wuhan telah direkayasa dengan insersi mirip AIDS”. Artinya, itu bukan fenomena yang terjadi secara alami jika benar. Sangat tidak mungkin bagi virus untuk mendapatkan insersi unik seperti itu secara alami dalam waktu singkat”.

Perbedaan Epidemi dan Pandemi

Sebelum membahas pandangan Francis Boyle, Lendman juga menjelaskan apa itu virus, bagaimana virus dikategorikan epidemi dan pandemi. Serta, betulkah coronavirus dikategorikan pandemi yang membahayakan dunia global.

Lendman lantas mengkaitkannya dengan pengumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 30 Januari silam, bahwa “wabah koronavirus (menjadi) darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional”.

Dan pada hari Minggu, Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS Anthony Fauci mengatakan virus corona “hampir pasti akan menjadi pandemi”.

WHO mendefinisikan pandemi sebagai “penyebaran penyakit baru di seluruh dunia”. Sementara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebut pandemi “penyakit yang menyebar di beberapa negara atau benua, biasanya memengaruhi sejumlah besar orang.”

Eksekutif Kesehatan dan Keselamatan Inggris mengatakan wabah virus dapat dikategorikan sebagai pandemi jika “sangat berbeda dari strain yang baru-baru ini beredar”,  terutama jika “manusia memiliki sedikit atau tidak sama sekali kekebalan” terhadapnya.

The New York Times mengutip mantan direktur CDC Thomas Frieden, yang mengatakan, semakin tidak mungkin (bahwa coronavirus) dapat diatasi. “Karena itu kemungkinan ia akan menyebar, seperti flu dan organisme lain, tetapi kita masih tidak tahu seberapa jauh, luas, atau mematikannya itu,” sebutnya.

Coronavirus Mungkinkah Didesain?

Lendman dalam tulisanya, juga mengambil contoh kasus pada 2009. Dimana saat itu, WHO salah memprediksikan pandemi global flu babi (H1N1) yang dapat memengaruhi “sebanyak dua miliar orang selama dua tahun ke depan”.

Pada saat itu, bukti menunjukkan bahwa strain H1N1 adalah rekayasa hayati di laboratorium AS, vaksin yang diproduksi sangat berbahaya dan berpotensi mematikan.

Tidak ada keadaan darurat nasional atau global. Tidak ada pandemi atau epidemi terjadi. CDC memperkirakan bahwa dari 8.330 kasus kematian dan meningkat menjadi 17.160 saat itu, disebabkan oleh strain tersebut.

Ketakutan pada saat itu bertujuan untuk meyakinkan orang untuk membeli vaksin eksperimental, tidak teruji, beracun dan sangat berbahaya yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan masalah kesehatan, mulai dari yang menjengkelkan hingga yang mengancam jiwa.

“Skenario serupa sedang dimainkan hari ini. Vaksin bisa dijual ke pasar, Big Pharma mempromosikan penggunaannya,” ulasnya.

Apakah coronavirus adalah senjata biologis seperti yang diyakini Francis Boyle? Kemungkinan besar, bisa dilihat dalam beberapa minggu ke depan, dimana saat itu jumlah orang yang terinfeksi berjatuhan.

“Adapun coronavirus, mungkin berakhir dengan catatan kaki dalam sejarah medis bahwa ada ribuan yang terkena dampaknya di China, bukan jutaan, terutama di dan sekitar Wuhan serta sejumlah kecil di tempat lain,” katanya Lendman mengakhiri analisanya.

Sekilas tentang Stephen Lendman. Ia lahir pada tahun 1934 di Boston, mulai menulis tentang topic besar yang menjadi sorotan dunia dan nasional dimulai pada musim panas 2005. Lendman juga pernah memenangkan Project Censored 2008 dan penerima penghargaan jurnalisme internasional dari komunitas jurnalis Meksiko 2011. Buku terbaru Lendman sebagai editor dan kontributor berjudul “Flashpoint in Ukraina: How the US Drive for Hegemony Risks WW III.

Sumber: Indopolitika.com