Donald Trump Tuduh Swedia Pasang Strategi Herd Immunity Karena Tak Terapkan Lockdown

BERITA TERKINI - Dengan makin meroketnya kasus COVID-19 di Barat, berbagai negara di Eropa pun langsung berbondong-bondong menetapkan aturan Lockdown atau karantina wilayah demi menekan penyebaran virus.

Namun, tampaknya upaya Lockdown tersebut justru tidak berlaku di Swedia. Seperti diketahui, meski miliaran orang di seluruh dunia telah mengunci dirinya, negara Nordik ini tegas memilih pendekatan berbeda.

Dalam hal ini, alih-alih menetapkan Lockdown ketat, Swedia justru dilaporkan mengandalkan 'aksi sukarela' dari para warganya. Seperti dilansir dari France24 pada Rabu (1/4) pekan lalu, Perdana Menteri Swedia, Stefan Lofven bahkan diketahui hanya mendesak rakyatnya untuk mengambil tanggung jawab dengan mengikuti pedoman kesehatan, seperti mencuci tangan secara teratur atau mengisolasi diri jika sakit.

Karena strategi inilah, para warga Swedia masih bebas melenggang keluar dan pergi ke berbagai tempat umum, seperti restoran, bar, taman bermain, hingga sekolah.

Pendekatan kontroversial Swedia ini jelas telah menarik perhatian warga dunia, tidak terkecuali Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Namun, bermaksud menyindir Swedia, Trump justru menuduh aturan anti-Lockdown Swedia adalah strategi untuk menerapkan 'Herd Immunity' atau kekebalan kelompok atau kawanan.

"Swedia melakukan itu, kawanan, mereka menyebutnya kawanan (Herd Immunity). Rakyat Swedia sangat, sangat menderita," ucap Trump seperti dilansir oleh CNN pada Jumat (10/4).

Menanggapi celotehan Trump tersebut, pemerintahan Swedia langsung menampik dan justru masih tampak yakin dengan pilihan kebijakannya. Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Swedia, Ann Linde kemudian membela diri negaranya sembari mengatakan bahwa tuduhan yang dilancarkan Trump tersebut adalah salah.

"Strategi Swedia adalah tidak ada Lockdown dan kami sangat mempercayakan warga untuk mengambil tanggung jawab sendiri," tampik Linde.

Mendukung sikap Linde, salah satu ahli epidemiologi Swedia, Anders Tegnell, juga tampak menentang kritikan Trump yang menyebut bahwa Swedia berkinerja buruk.

"Saya pikir Swedia baik-baik saja. Ini menghasilkan hasil yang berkualitas seperti yang selalu dilakukan. Sejauh ini cara perawatan kesehatan Swedia untuk menangani pandemi berjalan fantastis," tambah Tegnell.

Terlepas dari pro dan kontra Lockdown di Swedia, negara ini memang tercatat memiliki kasus yang lebih sedikit dibandingkan dengan beberapa negara Eropa lainnya. Jauh berada di bawah Italia atau AS, Swedia hingga kini dilaporkan memiliki kasus infeksi sebesar 9.141 orang.

Sedangkan, dalam 24 jam terakhir ini, Worldometer melaporkan tidak ada tambahan kasus infeksi atau kematian baru di Swedia. Meski begitu, jumlah korban tewas akibat COVID-19 di negara ini telah mencapai angka hingga 793 jiwa. Sementara, pasien yang berhasil disembuhkan dilaporkan berjumlah 250 orang.

Sedangkan di AS sendiri, hingga kini, ada 329 tambahan kasus baru dan membuat total pasien COVID-19 menjadi 468.895. Pun, dengan tambahan 6 kasus kematian baru, pasien yang tewas di AS telah mencapai 16.697 jiwa.

Meski kasus COVID-19 jelas berada jauh dari AS, tetapi Tom Britton, profesor statistik matematika dari Universitas Stockholm, meyakini bahwa 40 persen populasi ibu kota Swedia akan terinfeksi pada akhir April nanti.

Tidak hanya itu, dalam prediksinya, Britton juga mengungkapkan bagaimana setidaknya 10 persen atau lebih orang Swedia telah membawa virus SARS-CoV-2.

"Tebakan terbaik saya hari ini adalah 10 persen atau sedikit lebih dari orang Swedia, secara nasional, saat ini telah memiliki virus (COVID-19)," ucap Britton.

Namun, terlepas dari pendapat ahli serta para pemangku kebijakan, apakah kamu setuju dengan langkah Swedia tersebut?[]