Era Corona, Saatnya Kembali Pada Aturan Allah

Shinta Erry, A.Md.Gz

Oleh: Shinta Erry, A.Md.Gz
(Nutrisionis di sebuah RS di Jawa Timur)

Hari ini tak ada satu negara pun yang bisa berkutik menghadapi wabah corona. Bahkan negara selevel Amerika, Cina, dan Eropa, benar-benar dibuat tak berdaya. Indonesia dan negeri muslim lain pun sama. Corona, si makhluk super kecil namun begitu perkasa.

Sementara rakyat susah payah berjibaku dengan sebaran wabah, kondisi penguasa malah antara ada dan tiada. Mereka tak sepenuhnya hadir jemput bola kepada rakyat. Justru lebih sibuk menebar citra di mana-mana. Nampak memberi bantuan sosial, ternyata pencitraan. Menjanjikan kartu sakti, ternyata tak tepat guna.

Namun demikian, satu hal yang harus kita sadari bersama. Bahwa pandemi corona sungguh telah membongkar cacat sistem sekular dengan begitu sempurna. Sudahlah PSBB dan bantuan sosial tak jelas arah, krisis pangan dan kelaparan sudah membayangi. Seolah bersiap akan menjadi pandemi berikutnya.

Wajar jika rakyat mulai banyak yang kecewa. Bahwa sistem sekular ini hanya pandai menjanjikan angan-angan soal hidup bahagia dan sejahtera. Apalagi faktanya, negara sebesar dan sekuat apapun di dunia, ternyata tak mampu mengatasi serangan wabah yang tiba-tiba, berikut semua kerusakan global yang dimunculkannya.

Pandemi corona ini, juga telah gamblang membuktikan bahwa sistem sekular tak layak jadi pegangan. Apalagi diharapkan menjadi tempat naungan yang bisa memberi manusia rasa nyaman, kebahagiaan dan penjagaan. Asasnya yang rusak, nyata telah membuat kehidupan manusia di dalamnya jadi tak tentu arah.

Sebelum lebih jauh, hendaknya kaum muslim terlebih dahulu memperhatikan ayat berikut ini : “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS Ar-Ra’du [13] : 15).

Peradaban sekular, bagaimana pun pasti melahirkan peradaban materialistis yang menjauhkan manusia dari fitrah penciptaannya, yaitu sebagai hamba Allah dan khalifah bagi alam dan kehidupan.

Sistem sekular, adalah di mana pemenuhan hak rakyat di dalamnya tak lebih hanya sebatas permainan kata-kata. Hal ini kian terasa dalam situasi krisis seperti pandemi corona. Kesehatan, pendidikan, dan keamanan menjadi barang mahal yang kian tak terjangkau rakyat jelata. Itu pun bukan dengan kualitas terbaik, melainkan hanya sekedar di atas kertas.

Berkaca pada ayat di atas (QS Ar-Ra’du [13] ayat 15) maka jelas, inilah masa yang sangat tepat untuk kembali terikat dengan aturan Allah. Islamlah satu-satunya sistem yang mampu mengurus umat manusia di setiap keadaan, bahkan saat krisis sekalipun. Asasnya yang berupa keyakinan akan kepastian peran Allah dalam mengatur kehidupan, telah membuat kehidupan manusia berjalan dengan arah yang jelas, diiringi visi mewujudkan hasanah, tak hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Asas inilah yang menjadi landasan kepribadian individu, kehidupan bermasyarakat, bahkan menjadi dasar bagi negara dan kepemimpinan. Hingga lahir dari asas ini peradaban cemerlang yang menebar kerahmatan. Dengan individu-individu yang bertakwa, masyarakat yang saling menjaga dan negara yang berdaulat dan layak menjadi harapan rakyat.