Kelelawar Membawa Banyak Virus Corona, Mengapa Tidak Ikut Sakit?

BERITA TERKINI - Jenis virus corona seperti MERS, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), dan yang terbaru adalah Covid-19 disebutkan berasal dari kelelawar.

Semua jenis virus corona ini berakibat fatal jika menginfeksi manusia. Namun, kelelawar sebagai pembawa virus tidak pernah tertular atau sakit akibat virus yang dibawanya.

“Kelelawar terus membawa virus ini namun tidak pernah sakit. Kami mencoba untuk mencari tahu mengapa virus seperti MERS tidak mematikan sistem imun kelelawar, layaknya yang terjadi pada manusia,” tutur ahli mikrobiologi dari USask, Vikram Misra seperti dikutip dari Science Daily, Rabu (20/5/2020).

Penelitian ini dilakukan oleh USask Vaccine and Infectious Disease Organization, International Vaccine Centre (VIDO-InterVac) bekerja sama dengan University of Saskatchewan di Kanada.

Dalam penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports ini, ilmuwan untuk pertama kalinya membuktikan bahwa sel-sel dalam tubuh kelelawar pemakan serangga bisa terinfeksi virus MERS selama beberapa bulan lamanya.

Namun, sel-sel tubuh kelelawar beradaptasi sangat cepat dengan virus corona tersebut.

"Bukannya mematikan sel tubuh kelelawar layaknya yang terjadi pada manusia, virus corona jenis MERS memasuki long term relationship atau hubungan jangka panjang dengan sel tubuh kelelawar,” tambah Misra.

Hal tersebut, lanjut ia, disebabkan oleh sistem imun ‘super’ pada kelelawar. Hubungan jangka panjang yang sama juga disebutkan menjadi penyebab kelelawar tidak sakit Covid-19 akibat virus SARS-CoV-2.

Saat terpapar virus corona, sel pada tubuh kelelawar tidak lantas terjadi inflamasi melainkan melakukan pertahanan antivirus. Fungsi ini tidak terdapat pada tubuh manusia.

Duplikasi virus
Para ilmuwan yakin bahwa duplikasi virus sudah terjadi dalam tubuh kelelawar. Hal ini terjadi apabila kelelawar mengalami stress. Antara lain akibat perburuan dan konsumsi dan hilangnya habitat.

Tak hanya berduplikasi, stress pada kelelawar juga meningkatkan risiko transmisi virus corona pada hewan lainnya.

“Ketika kelelawar mengalami stress, hal ini berdampak pada keseimbangan sistem imun mereka sehingga virus tersebut berduplikasi,” tutur Misra.

Ilmuwan VIDO-Intervac Darryl Falzarano mengatakan bahwa virus MERS bisa beradaptasi dengan sangat cepat dengan sistem imun kelelawar.

"Meskipun kita tidak bisa benar-benar mengerti apa yang terjadi, hal ini mendemonstrasikan bagaimana virus-virus corona bisa loncat dari satu spesies ke spesies lain dengan sangat cepat,” paparnya.

Studi sebelumnya yang dilakukan oleh USask pada 2017 menyebutkan bahwa virus-virus corona pada kelelawar bisa bertahan pada tubuh inangnya selama beberapa bulan lamanya.

sumber: kompas.com