"Kakak Tolong Sampaikan ke Pak Presiden Kami Rindu Listrik dan Sinyal"

BERITA TERKINI - Pandemi Covid-19 membuat siswa-siswi di seluruh Indonesia tidak lagi belajar di sekolah.

Sesuai aturan pemerintah, para siswa belajar di rumah melalui siaran TVRI dan daring.

Namun, tak semua murid bisa menikmati layanan tersebut. Khususnya mereka yang tinggal di desa atau pedalaman.

Selain karena listrik yang tidak memadai, juga karena jaringan internet yang tak bisa didapatkan.

Seperti yang dialami siswa-siswi SDI Taga Laga Buru, Desa Golo Nderu, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.

Sejak pemerintah mengeluarkan program belajar dari rumah melalui siaran televisi dan daring, mereka persis tidak menikmati itu.

Bahkan, aturan belajar di rumah itu nyaris membuat mereka ketinggalan ilmu pengetahuan.

Bagaimana mau belajar di televisi dan daring, jaringan listrik, sinyal telepon, dan internet belum menjangkau desa di pelosok NTT itu.

Selain itu, ketiadaan perangkat pintar juga menjadi kendala bagi mereka tidak bisa belajar daring.

Ditemui saat belajar kelompok di rumah warga, Velisia Efrsia Nuna, salah satu siswi kelas 6, mengaku selama aturan belajar di rumah, ia dan kawan-kawannya hampir tidak mendapat ilmu pengetahuan.

Saat malam tiba, penerangan hanya dibantu lampu pelita. Kondisi itu pun sudah dianggap biasa.

Siswa-siswi SDI Taga Laga Buru sangat merindukan listrik dan jaringan internet masuk ke Desa Golo Nderu.

Kerinduan itu dari dulu tersimpan dalam hati. Selama ini mereka bingung siapa yang akan membantu menyampaikan kerinduan itu kepada Presiden Jokowi.

"Bapak Presiden, kami butuh listrik dan sinyal. Kakak wartawan tolong sampaikan kerinduan ini kepada Bapak Jokowi. Kami tidak minta yang lain," ujar Velisia yang diamini kawan-kawannya.

Siswi lain, Velisiana Sribunda Nogo, menyebut sudah jenuh belajar dari rumah. Belajar di rumah sangat berbeda dengan di sekolah.

Velisia sangat rindu kembali ke sekolah. Rindu susana sekolah, baik di dalam atau pun luar kelas.

"Di sekolah kita bisa baca banyak buku. Bisa juga tanya teman kalau tidak mengerti. Sekarang, guru hanya beri tugas, setelah itu kumpul. Begitu terus, bosan juga," ungkap Velisia.

Velisia menuturkan, pernah satu kali ia menonton berita di televisi dan melihat anak-anak kota belajar lewat ponsel pintar. Mereka belajar online melalui internet.

Di berita itu juga para siswa mempunyai ponsel sendiri dari pemberian orangtua.

"Kami di sini bingung itu internet apa, hanya tahu nama saja. Modelnya seperti apa tidak tahu. Bagaimana mau tahu, handphone kami tidak punya. Di sini juga listrik dan sinyal tidak ada," tutur Velisia.

Velisia meminta kepada Presiden agar membawa aliran listrik dan jaringan telepon juga internet ke desa Golo Nderu.

"Kakak tolong sampaikan pesan saya kepada Bapak Presiden, kami di sini butuh listrik dan sinyal. Siapa tahu listrik dan sinyal sudah ada, orangtua kami bisa beli handphone," ungkap Velisia.

Sebelum pulang ke rumah, mereka kompak menuliskan permintaan kepada Jokowi di selembar kertas.

Masing-masing mereka menuliskan "Bapak Presiden Kami Butuh Listrik dan Sinyal".

Wilibrodus Patang, salah satu orangtua siswa mengaku selama Covid-19, anaknya jarang belajar karena kekurangan sumber bacaan.

Wilibrodus menilai kebijakan belajar di rumah melalui televisi dan ponsel tidak berlaku bagi siswa-siswi di pedalaman termasuk di Desa Golo Nderu.

"Kami di sini kan tidak ada listrik. Bagaimana mau beli handphone, sementara sinyal tidak ada. Kami warga di sini butuh itu, sinyak dan listrik," ungkap Wilibrodus.

Wilibrodus pun berharap pemerintah bisa mengalirkan listrik dan jaringan telepon ke desa itu.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Timur, Basilius Teto menjelaskan, selama Covid-19, para guru tetap mendampingi siswa dengan kunjungan ke rumah.

Kunjungan itu terjadwal dan mengikuti protokol kesehatan yakni memakai masker dan menjaga jarak.

"Guru-guru pakai jadwal kunjung ke rumah siswa untuk memberikan materi. Guru juga rutin memberikan tugas rumah kepada siswa," ujar Basilius saat dihubungi Kompas.com, Selasa pagi.

Basilius menambahkan, sejak pekan lalu, semua sekolah di Kabupaten Manggarai Timur sudah berjalan normal dengan sistem shift.

Meski menerapkan sistem shift, guru dan siswa tetap memperhatikan protokol kesehatan yakni memakai masker, jaga jarak, cuci tangan, dan juga cek suhu sebelum masuk kelas.

Terkait siswa-siswi SDI Taga Laga Buru yang belum masuk sekolah, Basilius menyebut bahwa mereka belum mendapatkan jadwal.

sumber: kompas.com