Prediksi Pandemi Segera Berakhir, Solusikah Untuk Mendisiplinkan Warga?

Mila Nur Cahyani

Oleh: Mila Nur Cahyani, S.Pd
(Pemerhati Sosial Politik)

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan, prediksi yang menyebutan penyebaran virus corona berakhir pada Juni 2020 sudah sesuai dengan perhitungan pakar. Namun, ia mengatakan hal itu sekaligus menjadi tantangan bagi seluruh masyarakat Indonesia dan pemerintah untuk mewujudkannya.

Hal itu disampaikan Yuri menanggapi pernyataan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang memprediksi pandemi Covid-19 berakhir Juni mendatang. (Kompas.com: 03/05/2020)

Sebagaimana telah diberitakan, sebuah universitas di Singapura, Singapore University of Technology and Design (SUTD) melakukan penelitian mengenai kapan berakhirnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Dalam penelitian tersebut, ilmuwan tersebut menyebutkan 97% kasus di Indonesia akan selesai pada 6 Juni 2020 nanti. Sedangkan 100% kasus diperkirakan akan selesai pada 1 September 2020.  Dalam hasil penelitiannya, Profesor SUTD Jianxi Lou mengatakan penelitian mereka harus diperlakukan secara hati-hati. Terlalu optimistis dapat melonggarkan disiplin individu dan memperpanjang masa penularan corona. (CNBC Indonesia: 02/05/2020)

Akan tetapi, terjadi perubahan. Para ilmuwan dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) yang sempat memprediksi virus corona Covid-19 akan berakhir di Indonesia pada September 2010. Kini prediksi tersebut mundur jadi 7 Oktober 2020..

Sebelum penelitian dari SUTD menggunakan data penyebaran corona di Indonesia pada 29 April 2020 dan menghasilkan kesimpulan corona di Indonesia berakhir pada 1 September 2020. Nah, kini mereka menggunakan data pada 5 Mei 2020 dengan hasil akhir corona pada 7 Oktober 2020. (Sinar Indonesia baru: 8/05/2020)

Prediksi Wabah Segera Berakhir Bisa Membuat Warga Lengah

Hal ini tentu saja menimbulkan konflik baru. Adanya prediksi seperti ini, bisa menimbulkan turunnya kewaspadaan masyarakat terhadap virus Covid-19. Tidak ada prediksi saja, masih ada masyarakat yang menganggap remeh masalah ini. Bisa kita lihat dari kegiatan masyarakat yang masih keluar rumah dengan leluasa, bahkan ada yang pergi keluar rumah tanpa menggunakan masker. Belum lagi masyarakat yang.masih suka berkumpul diluar rumah.

Tidak tegasnya keputusan yang diambil pemerintah, membuat masyarakat menjadi lengah. Jika cuma sekedar imbauan untuk disiplin, maka masyarakat ada yang mau menerapkan dan ada yang tidak perduli. Semuanya dikembalikan kepada diri masing-masing. Apalagi dengan adanya prediksi pandemi segera berakhir, maka bisa jadi semakin.membuat kewaspadaan masyarakat bertambah longgar. Kita bisa lihat hasilnya dari terus bertambahnya penderita Covid-19 ini.

Bahkan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng Muhammad Faqih  menyebut permintaan Presiden Joko Widodo yang meminta kurva kasus virus Corona (COVID-19) harus turun di bulan Mei 2020 cenderung berat. Daeng menyebut ada beberapa syarat untuk bisa memenuhi itu yakni deteksi cepat dengan PCR masal. Selain itu, pencegahan yang ketat untuk menjaga yang tidak tertular.

Sementara itu, Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiagaan Covid-19 IDI Zubairi Djoerban mengatakan, upaya menurunkan Corona di bulan Mei cenderung sangat berat. Menurutnya jika ingin terlaksana, pemerintah harus mendisiplinkan PSBB bahkan dengan law enforcement. (Sinar Indonesia baru: 8/05/2020)

Negara Akan Mampu Mengatasi Wabah Dengan Syariat Islam

Sejatinya tanggung jawab pemerintah adalah melakukan tindakan maksimal untuk menghentikan sebaran virus ini dan melakukan penanganan terhadap korban. Bukan malah menebar prediksi tak pasti yang bisa menurunkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyebaran virus Covid-19 ini.

Untuk bisa mendisiplinkan warga agar tetap berada dirumah dan menjaga jarak untuk menghentikan penyebaran virus ini, maka pemerintah seharusnya sigap melakukan lockdown sebagai upaya untuk menekan penyebaran wabah ini sebagaimana syariat Islam mengatur. Negara harus bersegera memisahkan orang yang sakit dari orang yang sehat. Bukannya malah mengumumkan prediksi tak pasti tentang wabah ini.

Hanya negara yang bisa membuat rakyat untuk patuh terhadap protokol kesehatan dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan. Negaralah yang berwewenang mengelola kekayaan negara dan dengan pengelolaan yang baik maka akan mampu untuk menyediakan kebutuhan makan minum rakyatnya saat wabah masih terjadi.

Negara pula yang bisa menyediakan sarana prasarana untuk melakukan riset agar ditemukan obat serta vaksin sebagai upaya pencegahan terhadap wabah ini. Syariat Islam memerintahkanan bahwa negara harus memastikan kebutuhan vital warganya terpenuhi. Apalagi ditengah terjadinya wabah, negara harus memenuhi layanan kesehatan warganya dengan baik. Termasuk pula menjamin tetap berjalannya pendidikan bagi warganya. Apalagi dengan pembelajaran online saat ini, maka negara harus menyediakan layanan internet bagi rakyat.

Inilah indahnya syariat Islam. Aturan yang Allah turunkan untuk kebaikan seluruh manusia dan akan dirasakan kebaikannya ketika diterapkan dimuka bumi.

Wallahu A’lam Bisshowwab