Pilpres 2019, China vs Indonesia?

Pilpres 2019, China vs Indonesia?

Oleh: M. Nigara*

Tinggal satu kedipan mata lagi. Disadari atau tidak, ini merupakan pilpres ke-4 dan pilpres yang paling krusial bagi bangsa Indonesia. Langsung atau tidak, ini adalah pilpres penentuan bagi nasib negeri ini.

Pilpres kali ini sesungguhnya bukanlah pilpres biasa. Bukan lagi antara Jokowi-Maruf vs Prabowo-Sandi. Bukan pula petahana vs penantang. Tapi lebih dahsyat lagi.

Banyak ekonom, politikus serta akademisi yang menyebut bahwa negeri kita sesunguhnya sudah dikuasai asing, khususnya China. Diawali dengan reklamasi di Utara Jakarta. Sebelum dibatalkan oleh Gubernur DKI terpilih, Anies Baswedan dan Wagub Sandiaga Uno, lebih dari 90 persen jutaan meter persegi tanah, ternyata dikuasai para pengusaha asing dari China daratan.

Lalu, lebih dari 70 persen infrastruktur yang dibangun saat ini, ternyata juga didanai oleh modal dari China. Lalu, barang-barang impor dari China demikian dahsyat. 

Dari sini, saya sepakat dengan para ekonom, politisi, dan akademisi yang mengatakan bahwa negeri kita sesungguhnya sudah dikuasai asing, China. Jadi, jika tidak dihentikan, bukan tidak mungkin nasib bangsa kita akan sama dengan apa yang bangsa Nepal alami kini. Nauzubillah.

Arah menuju ke sana, tampaknya makin terlihat dengan jelas. Infrastruktur yang selama ini dibangun, sungguh jadi mengkhawatirkan. Apalagi dana yang dipakai berasal dari China, artinya barang-barang itu dikuasainya. Jangan-jangan, infrastruktur itu sesungguhnya untuk mempermudah barang-barang impor dari China sampai ke pelosok tanah air. Jika itu yang terjadi, maka nasib yang menerpa bangsa Nepal bukan tidak mungkin akan kita alami juga.

Apalagi, ternyata nilai perdagangan kita dengan China, minus 18 miliar USD atau sekitar Rp 259 triliun. Benar ada penurunan, tetapi angkanya juga tetap di atas Rp 230 triliun, jumlah yang sangat fantastis.

Untuk itu, jelas bahwa Pilpres kali menjadi amat penting bagi kelanjutan kehidupan bangsa ini. Dan, tidak berlebihan jika saya katakan bahwa pilpres kali ini bukan lagi antara Jokowi vs Prabowo, tapi China vs Indonesia?

Saya tidak ingin menyebut Jokowi adalah representasi China, hanya saja saya dan kita semua pasti sulit untuk menghindari hal itu? Dan bahwa di era Jokowilah China bisa begitu leluasa? Sekali lagi, saya sulit untuk memisahkan hal itu.

Akibatnya, banyak pengusaha kita yang terpaksa menghentikan usahanya. Dan yang paling menyedihkan, sopir forklif dan tukang masak pun ikut dikuasai para TKA dari China.

Jadi, cermati dengan baik, jangan salah pilih. Memang tidak mudah mengubah sesuatu seperti membalik telapak tangan. Namun, untuk amannya, kita wajib menjemput perubahan. Kita harus berani mengambil keputusan untuk merebut kembali daulat bangsa melalui daulat ekonomi, dan akhirnya memberikan kedaulatan pada rakyat.

Semoga Allah Subhanahu Wa'taala meridhoi langkah kita bersama. Aamiin.

*) Wartawan Senior, Mantan Wasekjen PWI