Tak Shalat Jumat Tiga Kali Apakah Kafir? Begini Penjelasan UAS

BERITA TERKINI - Warga di media sosial sibuk memperdebatkan tentang bagaimana nasib seorang Muslim yang tidak Shalat Jumat sebanyak tiga kali berturutof-turut karena virus corona (Covid-19). Bahkan, ada yang menyatakan tidak menghadiri Jumatan sebanyak itu telah keluar dari Islam.

Benarkah demikian? Ustaz Abdul Somad (UAS) menjelaskan bahwa tidak shalat Jumat tiga kali berturut-turut karena menjauhi wabah bisa dibenarkan karena situasi darurat. Adapun di luar situasi darurat, karena menyepelekan atau malas maka ia dihukumi sebagaimana hadis di bawah ini:

“Siapa saja yang meninggalkan tiga kali ibadah shalat Jumat tanpa uzur, niscaya ia ditulis sebagai orang kafir nifaq/munafiq,” (HR At-Thabarani)

 “Siapa meninggalkan tiga kali shalat Jumat karena meremehkan, niscaya Allah menutup hatinya,” (HR At-Turmudzi, At-Thabarani, Ad-Daruquthni).

UAS menjelaskan, siapa yang meninggalkan Shalat Jumat tiga  kali berturut-turut karena menyepelekan maka Allah akan mengunci hatinya. UAS lantas mengibaratkan seperti sebuah surat yang dimasukkan ke dalam amlop lalu disegel dengan perekat.

“Kau enggak shalat Jumat? Halah, khatibnya baca koran. Aku ngantuk kali, dah shalat zuhur saja. Siapa yang meninggalkan shalat jumat 3 kali beruturut-turut karena menyepelakan dikunci Allah hatinya. Surat kalau masuk ke dalah amplop lalu di thoba’ dikunci tak masuk lagi. Begitulah orang yang meninggalkan Jumat,” kata UAS dikutip penjelasannya di instagram pribadinya, Ahad (5/4).

Berbeda dengan situasi saat ini dimana wabah corona sudah menyebar kemana-mana. Pada sisi lain, belum ada alat pendeteksi yang bisa memastikan seseorang terjangkit virus corona di dalam tubuhnya secara cepat dan akurat.

“Siapa yang menjamin sekarang steril? Kecuali ada alatnya, semacam detektor. Siapa punya corona (di tubuhnya) nampak merah, hijau masuk (masjid), kalau itu bisa dipasang di pintu masjid. Semua yang masuk masjid steril. Bisa? Ada alatnya sekarang? Tak ada. Maka tak jadi shalat Jumat,” kata UAS.

Dia menambahkan bagaimana seharusnya seorang Muslim menyikapi wabah. Sikap yang paling tepat ketika terjadi wabah di suatu wilayah adalah menjauhinya.

“Larilah engkau dari kontaminasi orang penyakit menular ini seperti engkau lari dari singa. (Ada yang bilang) corona ciptaan Allah, saya pun ciptaan Allah. Owh, kalau gitu dibalik, singa ciptaan Allah, nah hadapilah singa itu,’ katanya. (*)