BERITA TERKINI - Pelantikan presiden terpilih Joko Widodo dan pasangannya Makruf Amin akan dilaksanakan 20 Oktober mendatang. Jelang pelantikan yang tinggal menghitung hari itu, wajah kabinet yang akan membantu Jokowi masih gelap.
Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrun berpendapat, gelapnya wajah kabinet itu disebabkan karena terjadi saling sandera antar anggota koalisi. Akibatnya, Jokowi kebingungan dalam menyusun sosok yang tepat dalam membantu kerja politik selama 5 tahun mendatang.
"Tersandera oleh banyak kepentingan yang menginginkan posisi mentri. Jumlah koalisi yang gemuk juga menambah beban kebingungan Jokowi untuk menyusun kabinet," tandas Ubedilalah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (2/10).
Lebih lanjut, Ubed menganalisa, permintaan terbuka para elite partai politik pendukung juga semakin memperkeruh stabilitas politik koalisi Jokowi. Terlebih, para elite sampai saat ini melakukan berbagai manuver.
"Sebab secara terang benderang ada partai yang minta jatah kursi menterinya banyak. Ada juga yang sudah menyebutkan jumlah menteri yang mereka inginkan. Ini situasi tidak sehat untuk Jokowi," tambahnya.
Diketahui, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri secara terbuka menyampaikan permintaanya bahwa partanya meminta jatah menteri lebih dari 4. Alasannya, partai banteng adalah partai pemenang dan pengusung utama Jokowi.
Selain itu, Partai Golkar juga tidak sungkan menyampaikan bahwa partainya harus mendapat jatah 4 kursi menteri. PKB juga sejak awla juga menyatakan siap meminta tambahan menteri, kerja keras partai dan nahdliyin menjadi motif Cak Imin menuntut lebih terhadap Jokowi.
Bahkan paska pertemuan Jokowi-Prabowo-Mega, kabar merapatnya Gerindra ke koalisi juga mengubah peta koalisi. Jokowi sendiri sudah menyampaikan bahwa dari jumlah 34 kursi menteri, proporsinya 45 persen kader parpol dan 55 persen berasal dari profesional.
Melihat komposisi pendukung Jokowi, sepertinya berbagai manuver permintaan elite parpol koalisi sangatlah tidak mungkin direalisasikan. (Rmol)