Dianggap Hanya Mengejar Elektabilitas, Pakar Kritik Kartu Sakti Jokowi

Dianggap Hanya Mengejar Elektabilitas, Pakar Kritik Kartu Sakti Jokowi
Berita Terkini -  Jelang pemilihan presiden (Pilpres) 17 April 2019 mendatang, kandidat petahana, Joko Widodo makin gencar mempromosikan tiga 'kartu saktinya'. Ketiganya ialah Kartu Sembako Murah, Kartu Kuliah dan Kartu Pra-Kerja.

Namun, program itu menuai sejumlah kritik dari kalangan pakar. Salah satunya adalah Co Founder FINE Institute Kusfiardi. Ia menuturkan, tiga kartu yang ditawarkan capres petahana sebagai sesuatu yang absurd.

Menurutnya, jika memang ingin melanjutkan kepemimpinan, harusnya pemerintah fokus bekerja untuk menurunkan harga-harga bahan pokok dan menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya. Karena bagi-bagi kartu tak ubahnya jalan pintas yang terkesan hanya mengejar populisme.

"Jangan sampai program kartu-kartu itu digunakan hanya untuk mengakali kinerja pemerintah, terutama dalam hal menurunkan angka kemiskinan. Bahkan bisa saja ini hanya untuk mengejar elektabilitas," tuturnya.

Dituturkan Kusfiardi, merujuk studi Bank Dunia, bansos yang diterima sampai dengan 25 persen dari pengeluaran per kapita per bulan akan mampu meningkatkan konsumsi pengeluaran perkapita sampai 22,4 persen dan dapat menurunkan angka kemiskinan sampai 3 persen.

Meski demikian, turunnya angka kemiskinan dengan instrumen bansos dipandang sangat ringkih, karena tidak menyelesaikan persoalan pokok terkait kemiskinan. "Di antaranya adalah soal penciptaan lapangan kerja dan stabilitas harga kebutuhan pokok," paparnya. [jp]