Anies Digonggong Buzzer Untuk Tutupi Bobrok Istana

TAHUN baru seharusnya bisa menjadi awal untuk membuka lembaran baru bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang hampir 5 tahun lebih terkotak-kotak oleh kelompok yang merasa paling pancasilais, tapi jadi garong uang rakyat dalam kasus E-KTP, Jiwasraya. dan kasus-kasus garong uang rakyat lainnya yang belum terungkap di hadapan publik.

Di awal tahun 2020, bangsa ini dirundung duka akibat masifnya bencana banjir di sejumlah daerah di Indonesia, yang terjadi akibat cuaca ekstrem dengan curah hujan yang begitu tinggi, serta tingginya permukaan air laut.

Sehingga, berdampak pada bencana banjir di banyak provinsi sebagai akibat masifnya pembangunan infrastruktur ilegal yang tak berizin oleh pemerintah pusat.

Begitu banjir meluas di penjuru negeri, cuma Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang menjadi sasaran tembak media massa. Dia menjadi bulan-bulanan para buzzer serta haters, yang masih menyimpan dendam kesumat dan sakit hati nan begitu mendalam dan berkepanjangan, akibat kekalahan kandidat cagub yang didukung para taipan dalam kontestasi politik. Yaitu Pilkada Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Para buzzer dan haters serempak menggonggong di pelbagai sosial media dengan caci maki serta membawa amunisi berupa karikatur, gambar, tulisan dan foto hoax Gubernur Anies bersama walikota Bogor.

Mereka seolah berperan sebagai kritikus abal-abal, yang pada akhirnya malah perilaku para buzzer dan haters tersebut, sangat memalukan serta menjijikan dan meresahkan publik di negeri ini.

Sebagai seorang pekerja keras dan pejabat publik, Gubernur Anies tidak begitu menghiraukan para kritikus abal-abal dan buzzer, yang terus-menerus menyalak dengan kompaknya bak paduan suara dengan diiringi bahasa tak terpuji untuk terus menghina dan menjatuhkan wibawa seorang Gubernur Indonesia Anies Rasyid Baswedan.

Anies beserta jajaran Pemprov DKI Jakarta tampaknya tidak begitu mempedulikan para kritikus abal-abal buatan para taipan, yang pulau reklamasinya dihentikan dan disegel oleh pemda.

Mereka para buzzer yang menggonggong tampaknya harus kecewa, akibat kritiknya yang kurang cerdas banyak ditertawakan oleh publik.

Kritik para buzzer malah membuka aib dan peran istana yang memiliki peran sentral menjadi penyebab banjir yang terjadi di mana-mana, akibat pembangunan infrastruktur ilegal tak berizin yang begitu masif dan ugal-ugalan.

Publik pun, pada akhirnya malah menjadi pembela sang gubernur dengan turut serta menjadi relawan dan membuat posko serta dapur umum bagi korban banjir dan terdampak banjir di ibukota Jakarta.

Buzzer yang terus menggonggong sebagai kritikus abal-abal dianggap angin lalu oleh publik, karena publik Jakarta yang cerdas bisa melihat dengan mata dan hati yang bijak, kalau sang gubernur memang telah bekerja untuk kepentingan rakyatnya.

Para buzzer dan kritikus abal-abal yang di sokong logistik para taipan ini, bukanlah kritikus yang beneran kritis, karena mereka kelihatan dungu dan bodohnya saat diam melihat korupsi jiwasraya yang melibatkan peran istana.

Jadi di sini publik bisa sadar dan paham kalau mereka (para buzzer) bekerja untuk kepentingan kekuasaan dan cukong yang membayar, bukan untuk membela kepentingan publik.

Buzzer dan para kritikus abal-abal ini, tampaknya sengaja dipelihara oleh kelompok yang dekat dengan penguasa atau kekuasaan, agar menyalak dan menggonggong secara bersamaan untuk bisa mengalihkan isu bobroknya management Istana dan korupsi Jiwasraya yang menyandera Istana bisa dilupakan oleh khalayak dan beralih pada isu banjir.

Para buzzer dan kritikus abal-abal ini tampaknya sudah sangat keliru menghitung kalkulasi politik, dari prilaku mereka terhadap Anies.

Dampak dari dibullynya Anies malah membuat nama Anies semakin populer di seluruh penjuru negeri. Selain itu, bukan hanya masyarakat Jakarta saja yang makin cinta dan sayang sama Gubernur Indonesia ini, tapi masyarakat di daerah-daerah lainnya semakin ingin lebih mengenal sosok Anies Rasyid Baswedan.

Publik di ibukota saat ini, sudah sangat cerdas dan sangat rasional dan tahu betul kemana arah permainan Buzzer dan kritikus abal-abal membully Anies. Karena begitu isu banjir mereda, publik Jakarta dan daerah lainnya akan kembali menanyakan "Megaskandal Jiwasraya", maupun pengkerdilan lembaga KPK, serta kasus-kasus hukum lainnya yang banyak melibatkan pihak lingkaran Istana.

Sebagai pesan penutup, buzzer dan kritikus abal-abal ini akan menjadi beban bagi pemerintah pusat maupun beban bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, karena buzzer dan kritikus abal-abal seperti mereka itu adalah merupakan alat perusak harmony serta persatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Untuk itu, kepada Kapolri Jenderal Idham Aziz agar segera menindaklanjuti para buzzer ke ranah hukum guna memberi efek jera para buzzer bentukan taipan tersebut.

Pradipa Yoedhanegara
Pengamat politik