Derita Infeksi Saluran Pencernaan Kronis, Gajah di Kasang Kulim Ditemukan Mati

BERITA TERKINI - Seekor gajah sumatera jantan yang berada di Lembaga Konservasi (Kebon Binatang) Kasang Kulim ditemukan mati. Tim medis BBKSDA Riau langsung melakukan neukropsi hewan tambun bernama latin Elephas Maximus Sumatranus.

Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, mengatakan satwa dilindungi itu mengalami infeksi radang saluran pencernaan secara masif dan kronis.

"Satwa itu ditemukan dalam posisi terbaring. Petugas segera menghubungi pemilik Lembaga Konservasi Kasang Kulim dan memanggil pawang (Mahout) gajah untuk menginfokan gajah dalam posisi terbaring dan tidak mau bangun," ujar Suharyono, Sabtu (16/5).

Suharyono mengatakan, awalnya pawang gajah mendapat informasi kematian itu. Kemudian dia ke lokasi dan menemukan gajah dalam kondisi terkapar.

Darwis lantas melakukan pengecekan dengan memeluk bagian kepala dan bagian belalai dan ternyata tidak ada napasnya lagi dan gajah itu dipastikan mati.

Tidak lama dari kejadian itu, BBKSDA Riau menurunkan dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan.

"BBKSDA juga menurunkan tim medis untuk melakukan neukropsi yang hasilnya adanya infeksi saluran pencernaan kronis sebagai penyebab kematian gajah," imbuhnya.

Suharyono menceritakan, gajah jantan bernama Febri (32 tahun) ini, pada Selasa (12/5) sekitar pukul 18.00 WIB, terlihat masih dalam kondisi sehat. Pada hari itu, gajah diberi pakan sebanyak 3 kali.

Dari laporan petugas di Kebon Binatang bernama R Samosir, makan pertama gajah itu pada pukul 08.00 WIB, sebanyak 2 gerobak batang jagung. Lalu pukul 13.00 WIB, sebanyak 1 gerobak batang pisang. Selanjutnya pukul 16.00 WIB, sebanyak 1 gerobak batang jagung.

Dua jenis pakan itu diperoleh dari kebun pisang dan jagung yang berada di sekitar Kebun Binatang atau Lembaga Konservasi Kasang Kulim tersebut.

"Batang pisang yang diberikan pukul 16.00 Wib itu baru disuplai pukul 13.00 WIB," ucap Suharyono.

Kemudian pada pukul 23.00 WIB, petugas keamanan dan kebersihan kandang Macan Dahan bernama R Samosir mendengar pekikan suara gajah.

"Sebelumnya, terdengar petir yang sangat kuat," jelasnya.

R Samosir lantas melakukan pengecekan dari jarak 20 meter. Kondisi gajah bergerak seperti biasa, maju dan mundur. Dia meninggalkan lokasi dan kembali ke kantin yang sekaligus tempat tinggalnya.

Keesokannya, pada Rabu sekitar pukul 05.00 WIB, R Samosir kembali melakukan pengecekan terhadap satwa gajah. Posisi gajah ketika itu terlihat dalam kondisi terbaring.

"Pukul 06.00 WIB, R Samosir menghubungi pemilik Lembaga Konservasi dengan langsung mendatangi rumahnya. Sekaligus memanggil pawang gajah untuk memberitahukan, bahwa gajah dalam posisi terbaring dan tidak mau bangun," jelasnya.

Sekitar pukul 07.00 WIB, pawang gajah bernama Darwis, melakukan pengecekan dengan memeluk bagian kepala dan bagian belalai.

Ternyata tidak ada napasnya lagi. Saat itulah Gajah dipastikan sudah dalam kondisi mati.

"Pukul 08.28 pihak Lembaga Konservasi melaporkan (kematian gajah) kepada BBKSDA Riau," terangnya.

Selanjutnya BBKSDA Riau menerjunkan dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan dan menurunkan tim medis untuk melakukan nekropsi.

"Nekropsi dimulai dari pukul 12.05 WIB dan selesai pada pukul 16.00 WIB. Penyebab kematian satwa tersebut diduga adalah infeksi atau radang saluran pencernaan secara masiv dan kronis," tandasnya.

sumber: merdeka