Empat Anggota Kelompok Tani di Kecamatan Kemuning Diduga Dikeroyok Puluhan Oknum Aparat

Ket Photo : Para korban penganiayaan saat berada di IGD RSUD Puri Husada Tembilahan

Berita Terkini, KEMUNING - Empat anggota Kelompok Tani Kemuning Sawit Unggul di Desa Sekayan, Kecamatan Kemuning, Senin (26/8/2024) sekira pukul 21.00 WIB dikeroyok puluhan orang tak dikenal, belum diketahui motif dari peristiwa ini.

Keempat orang yang mengalami aksi kekerasan kelompok tak dikenal ini, yakni Darmono (35) dan Ronal (29) yang merupakan abang dan adik, Yusri Azhar Hasibuan (52) dan anaknya Didik Supriadi Hasibuan (17).


Berdasarkan keterangan Yusri Azhar Hasibuan, dia bersama rekannya Darmono dan Ronal bekerja sebagai penjaga keamanan lahan sawit milik Kelompok Tani Kemuning Sawit Unggul. Malam malam itu mereka berempat sedang berada di pos keamanan, tiba-tiba datang diketahuinya 6 unit mobil yang berisikan sekira 30 puluhan orang merapat ke pos tersebut.

Kemudian puluhan orang tersebut turun dari mobil dan langsung melakukan pemukulan kepada dia dan anaknya tersebut, bahkan dua unit HP nya dirampas saat ini.

"Puluhan orang yang datang dengan 6 unit mobil tersebut langsung memukul saya dan anak saya, bahkan mereka merampas 2 HP saya. Kami tidak tahu apa salah kami," cerita Yusri kepada wartawan saat ditemui di IGD RSUD Puri Husada Tembilahan, Selasa (27/8/2024).

Para pelaku ini juga melakukan pemukulan kepada dua rekannya Darmono dan Ronal, bahkan ada pelaku yang memukul dengan menggunakan kayu.

"Bahkan saya dipukul dengan kayu yang ada pakunya, sehingga luka di bagian kepala belakang ini," jelas Ronal, sambil memperlihatkan bekas luka di bagian belakang kepala dan mukanya sebelah kiri.

Para korban mengaku, setelah puas memukuli mereka, para pelaku kemudian mengikat mereka dengan tali dan dimasukkan ke dalam mobil yang dibawa para pelaku. HP mereka semua diambil oleh para pelaku.

Selain itu, empat unit sepeda motor mereka juga diangkut oleh para pelaku dengan menggunakan mobil pick up.

Setelah itu mereka dibawa dalam kondisi terikat menuju arah ke ibukota Inhil, Tembilahan. Bahkan, Yusri mengaku ia kembali dipukul oleh beberapa orang saat berada di depan Mapolsek Tempuling, karena saat itu mobil para pelaku distop polisi.

"Saat itu saya kembali dipukul karena mereka mengatakan saya yang melapor kepada polisi adanya pemukulan ini," sebut Yusri. Tapi, para pelaku dapat melewati 'blokade' polisi karena mereka mengaku aparat.

Sampai di Tembilahan, mereka dibawa ke Makodim Jalan Ahmad Yani Tembilahan Hulu. 
Dijelaskan, ia tahu tempat mereka dibawa itu Makodim karena saat diikat dan akan dibawa, diantara para pelaku menyebutkan 'bawa saja ke Kodim'. Selain itu, dia juga tahu itu adalah Makodim 0314 Inhil karena sering kesana.

Para korban yang mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuh mereka tersebut baru dirawat di RSUD Puri Husada Tembilahan setelah dijemput keluarga korban dari Makodim 0314/ Inhil.

Korban yang paling parah mengalami aksi brutal oleh para pelaku ini adalah Darmono yang merupakan abang kandung dari Ronal. Terlihat bagian mukanya lebam-lebam dan luka, serta bagian badannya juga terlihat lebam karena pukulan benda tumpul.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan (Sudarmono), dari rontgen tidak ada patah tulang atau apa, terus pasien mengeluh nyeri kepala karena benturan,” ujar dr Merina Andini.

Dibandingkan, korban lainnya kondisi Sudarmono yang paling parah, sehingga harus menjalani observasi dan di pindah ke ruang rawat inap.

“Korban di pukul menggunakan besi sawit di bagian kepala. Saat ini kita observasi untuk di rawat, karena bagian kepala,” ujar dr Merina.

Berdasarkan pemeriksaan dokter, Ronal (30) juga mengaku dipukul menggunakan besi pada pipi sebelah kanan dan tapak luka lecet begitu juga pada pipi sebelah kiri.

Selanjutnya korban Didik Supriadi Hasibuan (17) mengeluhkan nyeri pada hidung dan hasil rontgen karena benturan yang menyebabkan pembuluh darah di hidungnya pecah sehingga menyebabkan bengkak pada hidung.

Terakhir Yusri Azhar Hasibuan (52) mengeluh luka gores pada pipi sebelah kanan itu di akibatkan benda tajam.

Sementara itu, kerabat korban Nasrul mengakui mendapatkan informasi perihal penganiayaan yang dialami rekan – rekannya di kelompok tani tersebut pada pagi harinya.

“Saya di telpon dapat informasi mereka di Kantor Kodim sekitar pukul 10.00 WIB pagi tadi. Kami bawa korban ke RSUD, arahan dari Kodim melapor ke Polres,” ujarnya.

Nasrul mewakili korban dan Kelompok Tani Kemuning Sawit Unggul menegaskan bahwa pihak mereka akan membawa kasus penganiayaan ini ke ranah hukum.

“Terkait kasus hukum nanti dengan pengacara kami, mungkin anak-anak ini mau divisum dulu, langkah selanjutnya kami mungkin ada laporan resmi kami,” pungkasnya.

Atas peristiwa pengeroyokan ini, para korban telah membuat pengaduan ke Mapolres Inhil, namun karena diduga para pelaku adalah oknum anggota TNI, maka korban diarahkan membuat pengaduan ke Mako Subdenpom 1/3-2 Tembilahan atas aksi kekerasan yang dialami mereka tersebut. 

Dansub Denpom 1/3-2 Tembilahan, Kapten CPM Nanang HS telah menjenguk dan meminta keterangan para korban di RSUD Puri Husada Tembilahan. 

Sampai berita ini dipublish, belum ada keterangan resmi dari pihak terkait terkait kejadian penganiayaan yang menimpa 4 anggota Kelompok Tani ini. Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, aksi kekerasan ini terjadi karena berlatar belakang kasus lahan.***